Harga Sawit dan Karet Diprediksi Membaik di Tahun 2016

Starsmagz24.net - NILAI jual dua komoditas andalan Kalimantan Tengah (Kalteng), yakni kelapa sawit dan karet, diyakini bakal membaik tahun ini. Hal ini dikatakan oleh Kepala Dinas Perkebunan (Disbun) Kalimantan Tengah (Kalteng), Rawing Rambang, Senin (29/2/2016).

“Seiring dengan menguatnya perekonomian global, kami yakin perniagaan sawit dan karet akan membaik tahun ini. Harga sawit dan karet yang sebelumnya merosot, kini juga mulai naik kembali,” ungkap Kepala Dinas Perkebunan Kalteng Rawing Rambang, Senin (29/2/2016).

Rawing menuturkan, naiknya harga sawit dikarenakan turunnya harga minyak dunia. Minyak sawit memberikan komplementasi sebesar 15-20 persen terhadap solar. Sedangkan karet mengalami kenaikan karena pertumbuhan ekonomi Tiongkok yang menjadi pengimpor utama mulai membaik.

Ia menambahkan, saat ini harga crude palm oil (CPO) atau minyak mentah sawit, sudah kembali stabil di angka Rp7 ribu, dan harga tandan buah segar (TBS) sawit Rp1.400 per kilogram. Sedangkan harga karet di tingkat pabrik sudah mencapai Rp12 ribu dan Rp7 ribu di tingkat petani.

“Kami yakin, sawit dan karet akan lebih baik ke depannya. Karenanya, pada tahun 2016 ini kami akan fokus untuk merehabilitasi lahan perkebunan yang terbakar, dengan cara memberikan bantuan bibit pada para petani perkebunan,” jelas Rawing.

Rawing menilai, merosotnya harga sawit dan karet pada 2015 membawa hikmah tersendiri bagi dunia perkebunan di Kalteng. Pasalnya, perusahaan besar swasta (PBS) dan petani karet menjadi terpacu untuk lebih inovatif.

Menurutnya, kini hampir semua PBS di Kalteng tidak lagi fokus pada ekspansi, melainkan peningkatan kualitas produksi. Caranya, dengan mengembangkan industri hilir sawit agar memberi nilai tambah pada produk yang akan diekspor, atau memenuhi kebutuhan pasar dalam negeri.

“Saat ini kebutuhan CPO pada pasar dalam negeri sekitar 20 persen. Ini ingin kita tingkatkan menjadi 30 persen. Terutama untuk biodiesel dan bioenergi bagi masyarakat Indonesia yang berjumlah 250 juta orang,” tambahnya.

Sementara dari sektor karet, para petani akan dibantu menyadari pentingnya sistem resi gudang (SRG) untuk menyimpan karet mentah saat harganya turun. [stmg24/Eka]